Musik Jadi Bahasa Protes : Pestapora 2025 buka hari pertama dengan sikap

Foto Sampul: official Dokumentasi Pestapora 2025
Jakarta, Pestapora festival musik tahunan resmi dibuka pada tanggal 05 September 2025, dibuka pada hari Jumat pagi di Gambir Expo & Hall D2 JIExpo Kemayoran. Pestapora hadir untuk ruang kolaborasi, ruang bersuara disaat pemerintah kita sedang bobrok-bobroknya, ruang experience bagi para musisi dan penggemar, dan pestapora selalu mengedepankan Campaign “Warga Jaga Warga”. Meski terdapat perubahan acara yang signifikan terkait jam acara festival yang dimulai pukul 08.00 – 21.00 wib, penonton datang sejak pagi, antusiasme terlihat sejak antrian tiket dibuka pukul 06.00 WIB sampai jadwal open gate dibuka pada pukul 09.00 WIB.

Foto Sampul: official Dokumentasi Pestapora 2025
Catatan baru kami mulai pada hari ini, saya berkesempatan untuk bisa hadir diacara pestapora mungkin bisa dibilang ini ibadahnya anak skena sekarang, bayak ferfomance atau band-band favorit saya yang tampil di Pestapora mulai dari Feast, Hindia, Majlis Lidah Berduri, hingga The adams yang tampil di stage 24 Jamming Hits, kini mungkin saya paham bahwa untuk bahagia dan bersenang-senang untuk lepas sejenak dari hiruk pikuk pikiran yang ramai dan banyak kepusingan diperkejaan adalah dengan datang ke festival musik, ini adalah impresi awal bagi saya untuk melihat festival besar yang ada di ibukota, sungguh sangat menyenangkan dan banyak experience yang saya dapat selain kepanasan dan kaki agak sedikit melepuh karena keseringan jalan kaki mondar mandir ga jelas, karena memang banyak banget yang harus saya tonton dihari pertama, feast menjadi penampil pertama dihari pertama Pestapora dengan membawakan setlist Barasuara yang sekarang mulai dikenal lewat lagu Terbuang dalam waktu ost film “Sore”, Feast main distage “BOSS STAGE”, kata awan selaku bassit Feast, kita semua dikerjain sama ucup selalu Festival Director,  lalu masih banyak lagi band penampil yang menyajikan experience nya, 
Foto Sampul: official Dokumentasi Pestapora 2025
Salah satu yang bikin hari pertama beda adalah konsep “tukar lagu”. Bayangin aja, Feast bawain lagu-lagu Barasuara, Iwan Fals nyanyiin karya Ebiet G. Adesampai Juicy Luicy bawain Peterpan, Mocca Bawain lagu Reality Club, banyak kejutan yang membuat saya terheran-heran. Ditambah moment Kolaborasi saat Hindia mengcover Bernadnya sambil menyelipkan simbol “reset” pada bangku yang menjadi dekorasi pada set pangung, lalu ada bernadya yang membawakan lagu-lagu hindia dengan dibuka lagu pertama yaitu “Membasuh” makin membuat saya terkesan dengan penampilan, dekorasi dan aransemen oleh Bernadya & band, lalu Slank nyanyi bareng Sal Priadi dengan vibes romantis nan rebelhingga Rhoma Irama dan Soneta Group membawakan lagu maliq & D’Essentials yang bikin panggung jadi khidmat sekaligus megah setelah memimpin salat Jumat Kalcer pada hari pertama lalu. Semua jadi pengingat musik bisa menjelma doa, cinta, sekaligus perlawanan.

Tapi, hari pertama juga nggak lepas dari gejolak. Ramai-ramai musisi menolak tampil seperti Barefood, Negatifa, Sukatani, Durga, Keep It Real, RRAG, The Jeblogs, Ornament, Kenya, Pelteras, Petra Sihobing, Centra, Navicula, Swelow, Kelalawar Malam, Rekah, Leipzig, Bilal Indrajaya,Hindia, Feast dan The Panturas  karena kontroversi sponsor PT Freeport. Ada yang walk-out, ada yang mengembalikan honor, bahkan ada yang mendonasikan bayaran ke WALHI, setelah beberapa musisi mendesak dan menuntut Boss Creator akhirnya secara bijaksana dan dewasa Official Statement muncul dikanal Instagram @pestapora. Dari sini kita belajar, bahwa panggung bukan cuma ruang hiburan, tapi juga ruang sikap. Musik bisa jadi suara untuk menolak yang nggak adil, semoga kedepan Pestapora bisa berbenah dari kesalahan yang sudah terjadi, terimakasih saya respect untuk semua tim pestapora yang sudah mau berkerja keras dan selalu mendengarkan aspirasi dari warga.

Kita hormati segala bentuk sikap dan keputusan band yang harus mundur dari pestapora, tak usah hujat mereka, karena semua band prinsip dan pertimbangan sendiri. Kita tetap harus ingat selain tentang keributan yang terjadi di pestapora tidak membuat kita lupa atas tuntutan kita/warga kepada Pemerintah dan DPR. Musisi, Penonton, dan Penyelenggara adalah sama-sama warga.

 

 

Penulis: Alfarizi